Saturday 6 November 2021

Teladan Orang Dewasa disekitar Anak-anak Menjadi Kurikulum Penting dimasa Pandemi Covid-19

    Di tengah wabah pandemik Covid 19 (seharusnya) guru dapat memanfaatkan teknologi dalam merancang pembelajaran jarak jauh. Profesionalisme guru saat ini sedang diuji. Wabah menggiring semua aktivitas dilakukan di rumah tidak terkecuali kegiatan belajar pun dilaksanakan rumah. Guru dituntut menyiasati penyampaian materi agar tersampaikan kepada anak didik meskipun tanpa harus bertatap muka di kelas.

     Teknologi yang semestinya dapat membantu guru dalam proses pengajaran di masa Pandemi Covid-19 justru membuat guru merasa terbebani oleh karena itu secara tidak langsung memaksa guru untuk melek teknologi, dan lebih kreatif dalam menyampaian materi pembelajaran agar dapat dipahami oleh muridnya

     Gurupun harus mampu mengimbangi perkembangan zaman agar tidak ketinggalan informasi dari anak-anak. Anak zaman generasi digital sudah barang tentu banyak menyerap informasi di dunia maya. Maka guru harus berani keluar dari zona nyaman. Berani bertanya jika tidak tahu, belajar memanfaatkan tekologi. Tidak dipungkiri bahwa di zaman digital ini proses belajar dan mengajar juga harus menyesuaikan perkembangan dunia serba digital.

     Jadi kalau kita menggunakan filsafat Ki Hajar Dewantara, ketika gurunya di depan memberikan teladan. Ketika gurunya di tengah memberikan motivasi. Memotivasi supaya murid bisa menjadi teladan-teladan dari nilai Pancasila tersebut dan bisa membuat mereka mandiri sebagai agen perubahan dan menjadi teladan berikutnya di sekitar mereka nantinya. 
    Profesionalisme tidak lagi diukur dari sertifikasi administrasi belaka melainkan lebih dari itu, sosok guru tidak hanya cerdas secara akademik tapi lebih kepada sosok yang  humanis, inovatif dan transformatif yang secara terus menerus belajar mengembangkan diri secara utuh melalui beragam pengalaman dalam teori dan praktik pembelajaran.
  Dan yang terpenting dalam kurikulum pendidikan sesungguhnya adalah keteladanan. Teladan semua orang dewasa yang ada di sekitar anak-anak yang untuk ditunjukkan. Dan pada saat Pandemi sekarang ini Kita ada pada opsi untuk mengeluh dan menyerah, namun kita juga punya ada opsi untuk bangkit dan berjuang. Berilah teladan terbaik karena itulah kurikulum yang akan berbekas dan berdampak di sepanjang hidup anak-anak kita.
     Jika dikaitkan dengan filsafat Bapak Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara, yakni "Ing ngarso sung tulodo, Ing madyo mangun karso, Tut wuri handayani" dapat berperan dalam aktualisasi nilai-nilai Pancasila. Murid-murid didorong untuk menjadi teladan-teladan. Ketika gurunya memberikan teladan. 
     Terlebih sering saya mengingatkan pada mereka (para siswa) bahwa tak ada kata terlambat untuk belajar dan satu yang harus diingat Belajar atau sekolah adalah salah satu pemutus rantai kemiskinan dan kita harus selalu pada opsi untuk bangkit dan selalu berjuang. Dan juga semangat pendidikan yang digelorakan oleh  Prof. Driyarkara, SJ patut kita contoh yaitu Lawan Sastra Ngesti Mulya: Dengan Ilmu Kita Menuju Kemuliaan”. Karena Hakikat Seorang Guru adalah Teladan
    Dalam upaya memerangi pandemik ini, tetaplah mengupayakan pendidikan yang tidak hanya mengasah kecerdasan intelektul tetapi mengasa hati setiap anak didik. Pendidikan yang mengupayakan proses pemuliaan manusia yakni suatu usaha memberikan nilai-nilai luhur kepada generasi baru menjadi pribadi yang cerdas dan humanis.


Tugas Besar Pertemuan 8//Citra Kumara Sanna//201914579045//X1A

gambar : google picture


 

Tuesday 26 October 2021

 


Asas - asas Pendidikan dan Pilar Pendidikan

Asas - asas Pendidikan        

    Asas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan berpikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan. Khusus di Indonesia, terdapat beberapa asas pendidikan yang memberi arah dalam merancang dan melaksanakan pendidikan itu. Diantara  asas tersebut adalah Asas Tut Wuri Handayani, Asas Belajar Sepanjang Hayat, dan asas Kemandirian dalam belajar.



   1. Asas Tut Wuri Handayani

Sebagai asas pertama, tut wuri handayani merupakan inti dari sitem Among perguruan. Asas yang dikumandangkan oleh Ki Hajar Dwantara ini kemudian dikembangkan oleh Drs. R.M.P. Sostrokartono dengan menambahkan dua semboyan lagi, yaitu Ing Ngarso Sung Sung Tulodo dan Ing Madyo Mangun Karso.

Kini ketiga semboyan tersebut telah menyatu menjadi satu kesatuan asas yaitu:

a. Ing Ngarso Sung Tulodo ( jika di depan memberi contoh).

b. Ing Madyo Mangun Karso (jika ditengah-tengah memberi dukungan dan semangat).

c. Tut Wuri Handayani (jika di belakang memberi dorongan).


    2. Belajar sepanjang hayat 

Belajar sepanjang hayat (life-long learning) dan pendidikan sepanjang hayat di dalam kehidupan manusia disebabkan oleh munculnya kebutuhan belajar (learning needs) dan kebutuhan pendidikan (educational needs) yang terus tumbuh dan berkembang sepanjang alur kehidupan manusia.

Pendidikan sepanjang hayat memberikan arah sehingga pendidikan luar sekolah dikembangkan di atas prinsip-prinsip pendidikan di bawah ini :

1.      Pendidikan berakhir apabila manusia telah meninggalkan dunia fana.

2.      Pendidikan sepanjang hayat merupakan motivasi yang kuat bagi peserta didik untuk merencanakan dan melakukan kegiatan belajar.

3.      Kegiatan belajar ditujukan untuk memperoleh, memperbaharui, dan meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang telah dimiliki.

4.      Pendidikan memiliki tujuan dalam mengembangkan kepuasan diri setiap insan yang melakukan      kegiatan belajar.

5.      Perolehan pendidikan merupakan prasyarat bagi perkembangan kehidupan manusia.

6.      Pendidikan luar sekolah mengakui eksistensi dan pentingnya pendidikan sekolah serta dapat menerima pengaruh dari pendidikan sekolah.

 3.Asas Kemandirian dalam Belajar


        Asas Kemandirian Dalam Belajar Di dalam Asas Tut wuri handayani maupun Belajar sepanjang hayat secara langsung sangat erat kaitannya dengan asas Kemandirian dalam belajar.Dalam kegiatan belajar mengajar, mungkin dapat dikembangkan kemandirian dalam belajar itu dengan menghindari campur tangan guru, namun guru selalu siap untuk membantu apabila diperlukan. Adapun dalam asas belajar sepanjang hayat hanya dapat diwujudkan apabila didasarkan pada pendapat bahwa peserta didik mau dan mampu mandiri dalam belajar, oleh karena itu tidak mungkin seseorang belajar sepanjang hayatnya apabila selalu tergantung dari bantuan guru atau pun orang lain.Perwujudan asas kemandirian dalam belajar akan menempatkan guru dalam peran utama sebagai fasilitator dan motifator. Salah satu pendekatan yang memberikan peluang dalam melatih kemandirian belajar peserta didik adalah sitem CBSA (Cara Belajar Siwa Aktif).


PILAR PENDIDIKAN

 Pilar pendidikan adalah tiang atau penunjang dari suatu kegiatan usaha, pengaruh, perlindungan, dan bantuan yang akan diberikan kepada anak didik yang bertujuan untuk pendewasaan anak.

Pilar pilar Pendidikan ;

1. Learning to know

        Pilar pertama ini memeliki arti bahwa para peserta didik dianjurkan untuk mencari dan mendapatkan pengetahuan sebanyak-banyaknya, melalui pengalaman-pengalaman. Hal ini akan dapat memicu munculnya sikap kritis dan semangat belajar peserta didik meningkat. Learning to know selalu mengajarkan tentang arti pentingnya sebuah pengetahuan, karena didalam learning to know terdapat learning how to learn, artinya peserta didik belajar untuk memahami apa yang ada di sekitarnya, karena itu adalah proses belajar. Hal ini sesuai pendapat Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2004: 128) yaitu belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

 2.Learning to do

Pilar kedua menekankan pentingnya interaksi dan bertindak. “di sini para peserta didik diajak untuk ikut serta dalam memecahkan permasalahan yang ada di sekitarnya melalui sebuah tindakan nyata”. Belajar untuk menerapkan ilmu yang didapat, bekerja sama dalam sebuah tim guna untuk memecahkan masalah dalam berbagai situasi dan kondisi. Learning to do berkaitan dengan kemampuan hard skill dan soft skill. Soft skill dan hard skill sangat penting dan dibutuhkan dalam dunia pendidikan, karena sesungguhnya pendidikan merupakan bagian terpenting dari proses penyiapan SDM (Sumber Daya Manusia) yang berkualitas, tangguh, dan terampil dan siap untuk mengikuti tuntutan zaman. Peserta didik sebagai hasil dari produk pendidikan memang harus dituntut memiliki kemampuan soft skill dan hard skill.

    Hard skill merupakan kemampuan yang harus menuntut fisik, artinya hard skill memfokuskan kepada penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi dan keterampilan teknis yang berhubungan dengan kemampuan peserta didik. Penguasaan kemampuan hard skill dapat dilakukan dengan menerapkan apa yang dia dapatkan /apa yang telah dipelajarinya di kehidupan sehari-hari, contohnya anak disekolah belajar tentang arti penting sikap disiplin, maka untuk memahami dan mengerti tentang disiplin itu, anak harus belajar untuk melakukan sikap disiplin, baik dirumah, disekolah atau dimanapun. Dengan begitu anak menjadi tahu dan faham tentang pentingnya sikap disiplin.

    Selanjutnya adalah Soft skill, artinya keterampilan yang menuntut intelektual. Soft skill merupakan istilah yang mengacu pada ciri-ciri kepribadian, rahmat sosial, kemampuan berbahasa dan pengoptimalan derajat seseorang  Jadi yang dimaksud dengan kemampuan soft skill adalah kepribadian dari masing-masing individu. Soft skill tidak diajarkan tetapi gurulah yang harus mencontohkan, seperti sikap tanggung jawab, disiplin, dan lain sebagainya. Dengan memberikan contoh tersebut, anak akan mencoba untuk menirukan apa yang dilihat. Hal itu merupakan bagian dari menumbuhkan kemampuan soft skill.

 3.Learning to be

            Pilar ketiga artinya bahwa pentingnya mendidik dan melatih peserta didik agar menjadi pribadi yang mandiri dan dapat mewujudkan apa yang peserta didik impikan dan cita-citakan.

    Penguasaan pengetahuan dan keterampilan (soft skill dan hard skill) merupakan bagian dari proses menjadi diri sendiri (learning to be). Menjadi diri sendiri dapat diartikan sebagai proses pemahaman terhadap kebutuhan dan jati diri. Belajar untuk berperilaku sesuai dengan norma-norma dan kaidah yang berlaku di masyarakat, belajar menjadi orang yang berhasil, sesungguhnya merupakan proses pencapaian aktualisasi diri.

    Learning to be sangat erat kaitannya dengan bakat, minat, perkembangan fisik, kejiwaan anak serta kondisi lingkungannya. Misal : bagi siswa yang agresif, akan menemukan jati dirinya bila diberi kesempatan cukup luas untuk berkreasi. Dan sebaliknya bagi siswa yang pasif, peran guru sebagai fasilitator bertugas sebagai penunjuk arah sekaligus menjadi mediator bagi peserta didik. Hal ini sangat diperlukan untuk menumbuh kembangkan potensi diri peserta didik secara utuh dan maksimal. Selain itu, pendidikan juga harus bermuara pada bagaimana peserta didik menjadi lebih manusiawi, menjadi manusia yang berperi kemanusiaan.

4. Learning to live together

            Pilar terakhir artinya menanamkan kesadaran kepada para peserta didik bahwa mereka adalah bagian dari kelompok masyarakat. jadi, mereka harus mampu hidup bersama. Dengan makin beragamnya etnis di Indonesia, kita perlu menanamkan sikap untuk dapat hidup bersama.

    Pada pilar keempat ini, kebiasaan hidup bersama, saling menghargai, terbuka, memberi dan menerima perlu dikembangkan disekolah. Dengan kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik, sebagai hasil dari proses pembelajaran, dapat dijadikan sebagai bekal untuk mampu berperan dalam lingkungan di mana individu tersebut berada, dan sekaligus mampu menempatkan diri sesuai dengan perannya.

     Pemahaman tentang peran diri dan orang lain dalam kelompok belajar merupakan bekal dalam bersosialisasi di masyarakat (learning to live together).Untuk itu, pembelajaran di lembaga formal dan non formal harus diarahkan pada peningkatan kualitas dan kemampuan intelektual dan profesional serta sikap dalam hal ini adalah kemampuan hard skill dan soft skill. Dengan kemampuan dan sikap manusia Indonesia yang demikian maka pada gilirannya akan menjadikan masyarakat Indonesia masyarakat yang bermartabat di mata masyarakat dunia.


Dikutip dari :

http://dunia-blajar.blogspot.com/2015/07/landasan-dan-azas-azas-pendidikan-serta.html

gambar, http://singgihsubiyantoro.blogspot.com/2014/01/penerapan-paradigma-empat-pilar.html

             https://id.pinterest.com/pin/767863805200748723/

#Chesi98💌 Citra Kumara Sanna// 201914579045//X1A


TOKOH PENDIDIKAN DI DALAM DAN DI LUAR INDONESIA

TOKOH PENDIDIKAN DARI LUAR INDONESIA